"CARA MELAKUKAN INSEMINASI BUATAN PADA AYAM"
Menurut Sastrodiharjo (1996) teknik IB pada ayam buras
adalah suatu teknik mengawinkan secara buatan dengan memasukkan semen yang
telah diencerkan ke dalam saluran reproduksi ayam
betina yang sedang bertelur. Pemanfaatan teknik IB pada industri pembibitan
ayam ras telah lama dikembangkan, sedangkan pada ayam buras baru dikenalkan
pada awal tahun 1990. Keuntungan pemanfaatan teknik IB pada ayam buras ini
disamping untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pejantan, menanggulangi
rendahnya fertilitas akibat kawin alam, untuk mengetahui dengan jelas dan pasti
asal usul tetuanya (induk dan pejantan), meningkatkan jumlah produksi telur
tetas, serta upaya pengadaan anak ayam (DOC) dalam jumlah banyak, umur seragam
dan waktu yang singkat. Toelihere (1993) melaporkan bahwa sejauh ini IB pada
unggas hanya menggunakan semen segar dengan atau tanpa bahan pengencer, hal ini
mempunyai kendala, karena semen sesudah ditampung pada suhu kamar harus dipakai
dalam waktu tidak lebih dari 2 jam. Penundaan dalam beberapa jam dapat
menurunkan fertilitas telur.
Para peternak pembibit masih menerapkan kawin alami karena
mereka tidak mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang cukup tentang ilmu
reproduksi unggas dan inseminasi buatan. Penerapan inseminasi buatan akan lebih
menguntungkan, baik dari sisi kualitas bibit maupun secara ekonomis. Dengan
melakukan inseminasi buatan, maka bibit yang dihasilkan dapat dikontrol secara
ketat dan diketahui secara pasti induk dan penjantan yang menurunkanya. Secara
ekonomis lebih menguntungkan, karena dengan inseminasi buatan hanya membutuhkan
sedikit pejantan (1 pejantan dapat melayani 25 ekor induk dalam sekali
penampungan semen). Jumlah pejantan sedikit berarti akan efisien dalam
penggunaan petak kandang dan mengurangi biaya pakan serta biaya produksi lain.
(Suyatno, 2003).
Teknologi inseminasi buatan pada ayam mudah dipelajari dan
diterapkan. Selain itu alat yang digunakan juga sangat sederhana, yaitu dapat
dibuat dari spuit (alat suntik ) ukuran 1 ml. Alat suntik yang sudah
dimodifikasi dengan menghilangkan jarumnya dapat digunakan untuk menampung
semen dan sekaligus untuk inseminasi buatan. Tahapan-tahapan inseminasi buatan
mulai dari penyadapan semen, penampungan, pengeceran hingga memasukkan semen ke
dalam vagina ayam relatif mudah dilakukan. Faktor yang menentukan keberhasilan
IB ini hanya pada keterampilan peternak yang dapat dilatih berkali-kali. (Suyatno,
2003)
CARA MELAKUKAN INSEMINASI BUATAN PADA AYAM
Menurut Udjianto dan Denny (2004) Tahapan – tahapan dalam
kegiatan IB adalah:
A. Pemilihan Bibit
1. Memilih induk
untuk bibit, Induk yang baik harus memiliki syarat sebagai berikut :
a. Sehat dan tidak
cacat.
b. Berproduksi
tinggi.
c. Minimal sudah
mengalami periode peneluran pertama, umur 7 – 8 bulan.
d. Induk sedang
bertelur.
e. Pemeliharaan
induk sebaiknya dalam kandang baterei individu.
2. Memilih pejantan
untuk bibit, Pejantan yang baik harus memiliki syarat sebagai berikut
a. Sehat, tidak
cacat, lincah dan memiliki nafsu kawin yang tinggi.
b. Umur 1-3 tahun.
c. Memiliki mutu
genetik yang tinggi.
d. Mempunyai
hubungan yang jauh dengan induk yang akan di inseminasi.
e. Kandang
pemeliharaan pejantan harus terpisah dengan induk.
B. Persiapan induk
dan pejantan
1. Pakan untuk
pejantan harus yang baik mutunya dengan kadar protein minimal 17% dan dengan
tambahan pemberian 1 butir telur fertil yang sudah masuk mesin ± 5 hari. Telur
dikocok hingga rata kemudian diberikan kepada 3 ekor pejantan.
2. Pemberian anti
stress juga dapat diberikan kepada induk dan pejantan.
3. Untuk merangsang
banyaknya telur, dapat juga digunakan rajangan daun mengkudu/pace yang
dicampurkan pada pakan ( 10 gram/ekor).
4. Untuk memudahkan
dalam melaksanakan IB, bulu di sekitar kloaka harus digunting.
C. Persiapan alat dan
bahan
Alat yang dibutuhkan adalah : alat suntik Tuberculin Syringe
ukuran 1 ml, tabung penampung sperma, gunting, kertas tissue sedangkan bahan
pengencer yang diperlukan NaCl fisiologis 0,90 %.
D. Teknik pengambilan
sperma
1. Sebelum
pengambilan sperma, ayam pejantan sebaiknya dipuasakan kurang lebih 10 jam. Hal
ini ditujukan untuk mengurangi pencemaran feces pada sperma yang ditampung
(dapat mengurangi daya tunas).
2. Untuk memudahkan
dalam pelaksanaan pemerahan sperma, sebaiknya dilakukan oleh dua orang, dengan
tugas melakukan perangsangan dan sebagai penampung sperma.
3. Satu orang
memegang ayam jago (usahakan ayam dalam keadaan tenang) yang bertugas melakukan
perangsangan yaitu dengan mengurut lembut dari pangkal paha atas hingga ke
pangkal ekor sampai secara beraturan. Tanda spesifik dari pejantan yang
terangsang adalah ekor akan naik ke atas dan keluar tonjolan dari kloaka.
4. Jika pejantan
sudah terangsang, dengan jari telunjuk dan jempol langsung menekan kloaka
sampai terjadi ejakulasi. Saat terjadi ejakulasi, sperma yang keluar segera
ditampung oleh orang kedua.
5. Sperma yang sudah
ditampung kalau memungkinkan dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis.
E. Proses
pengenceran semen
1. Pengenceran sperma
diperlukan untuk memperbanyak volume, sehingga dapat digunakan untuk meng IB
betina lebih banyak.
2. Bahan pengencer
yang umum dipakai adalah larutan NaCl Fisiologis 0,90 %, karena bahan ini
memiliki tekanan osmotik yang hampir sama dengan spermatozoa.
3. Dosis pengenceran
adalah 1 : 4-5 , yaitu 1 bagian sperma dan 4-5 bagian bahan pengencer lalu
dikocok secara perlahan sehingga homogen, campuran sperma ini dapat bertahan
selama 30 menit. Perbandingan pengencer merupakan perbandingan yang optimal
untuk daya hidup spermatozoa in vitro
KETERANGAN.
1. Untuk memudahkan
dalam pelaksanaan, sebaiknya IB dilakukan oleh dua orang, dengan tugas satu
orang memegang ayam betina dan memegang paha ayam dengan rapat, ibu jari kanan
menekan daerah kloaka (sebelah kiri) dan tangan kiri, letakkan jari telunjuk
dan jari tengah seperti menggunting ekor dan tekan ke atas sedikit sedangkan
ibu jari kiri menekan ke bawah sehingga alat reproduksi ayam betina keluar.
2. Kemudian alat
suntik yang sudah berisi sperma tadi dimasukkan ke dalam saluran vagina betina
yang letaknya di sebelah kiri sedalam ± 7-8 cm (sampai menyentuh uterus),
sebelum sperma disemprotkan tekanan pada kloaka dikendurkan agar sperma
nantinya tidak keluar lagi dari vagina.
3. Waktu yang paling
tepat untuk melakukan IB adalah pada siang hari di atas jam 14 WIB, karena pada
saat itu diperkirakan ayam telah bertelur sehingga gerakan sperma tidak
mengalami hambatan dan pada saat itu belum terjadi peletakan telur (Ovi
posisi).
4. Dosis sperma untuk
setiap betina adalah 0,1-0,2 ml dengan konsentrasi sperma 100-150 juta, guna
menghasilkan fertilitas yang tinggi sebaiknya IB dilaksanakan 3-4 hari 1
kali/2x seminggu.
Apabila anda dengan langkah langkah di atas masih kurang
paham, silahkan simak video di bawah ini, langkah langkahnya lebih sederhana.